-->

Selasa, 11 Juli 2017

Guruku engkau ku banggakan

Di sudut stasiun lempuyangan sembari menunggu kedatangan kereta yang akan mengatarkanku ke stasiun purwokerto saya bermain HP.  Saya tidak sendiri banyak calon penumpang kerata lainnya yang menunggu kereta datang dan mengatarkan ke tempat tujuannya.  Semua sibuk, sibuk mengisi waktu menunggu kereta dengan kegiatan masing masing,  ada yang bermain HP,  ada yang ngobrol ada yg makan dan minum setelahnya, ada yang merokok ditempat khusus perokok ada yang bermain main bersama saudara atau anaknya dan lainnya sebagai kegiatan untuk mengisi waktu seraya menunggu kedatangan kereta. Keretaku kali ini mengalami keterlambatan sekitar 30 menit, tidak hanya Kereta yang saya akan naiki yang terlambat,  dari pengumuman pihak stasiun dapat diketahui bahwa beberapa perjalanan kereta hari ini mengalami keterlambatan. Kereta terlambat itu sudah biasa,  kata lagu iwan fals.  Tak masalah biar terlambat yang penting selamat.
Tak kunjung datang kereta tumpanganku, terus saja aku memainkan HP dan membuka beberapa sosmed yang saya punya.  Secara sadar dan sengaja saya membuka WA dan ada info salah seorang guru saya saat di semarang mengisi sebuah acara di kampus di kota tegal. Alangkah bangganya saya ketika melihat brosur info seminar tersebut, dalam hati saya berucap itu guru saya dulu.
Tak perlu harus mengisi seminar semacam itu serta dengan wajah yang terpampang di brosur atau pamflet. Semua guru yang baik pasti akan selalu dibanggakan oleh muridnya sekalipun beliau itu tak ikut mengisi seminar prosiding atau yang lainnya.  Alangkah lebih bangganya sang murid jika tahu gurunya itu mengisi seminar seminar atau kegiatan lain di mana beliau menjadi tokoh utama, alangkah bangganya sang murid jika karya karya gurunya menjadi fenomenal dan digunakan banyak orang.  Tak harus ada gambar,  cukup ada berita identitas si guru yang jelas sang murid akan dengan bangga menyebut,  "itu guru saya".
Bagaimana jika sang guru yang melihat si murid ada di posisi seperti diceritakan di atas?  Apakah sama reaksinya?  "dia dulu murid saya" dengan bangga sang guru mengatakan, akankah begitu sy juga tidak tahu, karena baru beberapa tahun menjadi guru. Perlu bertanya dengan para senior,  atau menunggu jawaban seraya berjalannya waktu.
"Setiap guru itu murid, jangan berhenti belajar" kata Gus Candra Malik.  Apapun itu kita semua adalah murid,  dan bagaimanapun kita harus tetap menghormati guru kita,  bahkan membanggakan beliau, tidak malu pernah di ajar beliau. Untuk semua guruku akan sy ceritakan kepada anak saya tentang bapak ibu yang saya banggakan yang mengantarkan saya sampai ke titik sekarang ini.  Salam hormat saya untuk bapak ibu guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar