-->

Senin, 15 Juli 2013

Allah Tidak Pernah Tidur (Allah tahu kok! VS Allah tahu lho!)


Allah Tidak Pernah Tidur
(Allah tahu kok! VS Allah tahu lho!)
            Semua umat Islam di dunia ini pasti mengenal Asmaul Husna, atau nama-nama baik Allah. Allah mempunyai 99 nama baik yang harus diyakini oleh umat muslim. Beberapa nama baik tersebut yaitu Allah maha melihat dan Allah maha Mendengar, Allah maha mengetahui. Dari nama baik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Allah tidak pernah tidur karena Dia Allah selalu mendengar apa yang dibicarakan sekalipun di dalam hati, melihat apa yang dilakukan sekalipun sendirian tanpa ada orang satupun yang melihat, dan mengetahui apa yang dirasakan oleh seseorang.
            Dengan meyakini Asmaul Husna tersebut seharusnya dalam melakukan sebuah tindakkan sesorang harus melandaskan kepada sebuah kebaikan, bukan keburukan karena Allah selalu melihat, mendengar dan mengetahui apa yang dilakukan. Jika pedoman tersebut di imani maka akan banyak permasalahan di negeri ini dapat di atasi. Seseorang yang meyakini bahwa Allah maha melihat tidak akan melakukan tindakan pencurian. Koruptor akan berhenti melakukan korupsi jika meyakini Allah maha melihat, maha mendengar dan maha mengetahui dan maha mengetahui. Itu sejatinya ajaran agama, selalu melakukan kebaika, bukannya melakukan kegiatan yang merusak dan bahkan merugikan orang lain.
            Hal-hal yang negatif yang terjadi sebenarnya adalah salah pengartian yang dilakukan oleh seseorang. Ada Asmaul Husna yang berarti Allah maha bijaksana, dan Allah maha memaafkan. Ini sering dipakai untuk dijadikan alasan melakukan hal-hal negatif oleh seseorang. Misalnya saja saat bulan ramadhan seperti ini banyak orang yang tidak menjalankan puasa, padahal pada bulan ramadhan puasa itu wajib hukumnya bagi yang mampu. Mampu di sini diartikan sehat, tidak ada hal yang menghalanginya untuk melakukan puasa. Orang yang tidak melakukan puasa di bulan ramadhan ini ada yang beralasan bahwa sedang melakukan perjalanan jauh, memang orang yang melakukan perjalanan jauh diperbolehkan untuk tidak puasa. Tapi ini perjalanannya tidak begitu jauh hanya alassan saja untuk tidak melakukan puasa. Kemudian alasan pekerjaan yang berat, kemudian beralasan lagi sedang sakit, padahal hanya sakit ringan yang tidak mengganggu puasa. Hal kecil saja dapat digunakan sebagai alasan untuk tidak melakukan puasa. Mereka yang seperti ini menerapkan prinsip Allah tahu ko!, toh lagian Allah kan maha bijaksana, pasti memahami dan memaafkan perbuatannya tidak berpuasa tersebut.
            Prinsip “Allah tahu ko!” inilah yang kurang tepat untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip ini sering kali dijadikan alasan pembenaran untuk sebuah kesalahan. Sejatinya prinsip ini dijadikan dasar atas tidak dapat dilakukannya kewajiban terhadap Allah karena seseuatu hal, misalnya perjalanan jauh dan memakan waktu yang lama maka diperbolehkan untuk berbuka pada saat itu, tetapi menggantinya di lain waktu. Contoh lain yaitu saat perjalanan jauh sholat dapat digabung atau bahkan digabung sekaligus diringkas jumlah rakaatnya. Allah mempermudah dalam melakukan ibadah tetapi kewajiban ibadah tersebut tidak boleh ditinggalkan. Misalnya saja seseorang belum sholat ashar tetapi jadwal kereta berangkat pukul 15.00 dan sampai di tempat tujian pukul 18.00 yang sudah masuk waktu magrib. Orang tersebut dapat saja menggabung sholat asharnya dengan sholat dhuzur sebelum dia berangkat, atau dapat juga sholat di kereta dengan berwudhu secara tayamum, tetapi orang ini meninggalkan sholat ashar dengan menggunakan prinsip “Allah tahu ko!” saya sedang melakukan perjalanan. Nah inilah hal yang salah dan tidak boleh untuk ditiru.
            Untuk mengatasi hal negatif tersebut atau minimal mengurangi hal negatif dari prinsip “Allah tahu ko!” harus ada prinsip lagi yang melawan prinsip tersebut yaitu prinsip “Allah tahu lho!”. Prinsip “Allah tahu lho!” ini dapat mengerem dan mengendalikan orang yang akan berbuat jahat atau berbuat maksiat. Melalui keyakinan terhadap prinsip “Allah tahu lho!” ini orang yang akan melakukan seuatu perbuatan negatif akan selalu merasa diawasi oleh Allah, sekalipun tidak ada orang yang melihat, tetapi merasa bahwa Allah selalu mengawasinya. Dengan adanya pengawasan yang terus menerus seseorang akan melakukan perbuatan yang baik, sebab orang tersebut juga meyakini jika melakukan hal yang buruk, jahat, maksiat maka akan diberi balasan keburukan atau sering disebut dosa oleh kebanyakan orang.
Prinsip “Allah tahu ko!” juga tidak selamanya jelek, prinsip ini dapat digunakan bilak dalam perjalanan jauh dan sesorang menggabung dan menyingkat sholatnya, kemudian tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dan menggantinya pada hari lain di luar bulan Ramadhan. Bila prinsip ini tidak digunakan maka ibadah terhadap Allah akan terasa semakin berat. Padahal Allah tidak memberatkan kaumnya dalam urusan beribadah kapada-Nya. Prinsip “Allah tahu lho!” juga tidak selamanya baik, bila prinsip ini menjadikan seseorang mengutamakan ibadah kepada Allah saja dan melupakan hubungan dengan orang lain atau masyarakat maka prinsip ini dapat menjadi jelek. Jadi kedua prinsip ini dapat digunakan untuk hal baik dan buruk, positif dan negatif, tinggal bagaimana caranya seseorang menempatkan prinsip tersebut. Ya walaupun sebenarnya prinsip “Allah tahu lho!” lebih banyak manfaatnya daripada prinsip “Allah tahu ko!”. Ya setidaknya marilah belajar bijaksana dengan mencoba memahami sebelum memarahi, menghakimi, mengata-ngatai dan yang paling penting yaitu jangan sekali-kali meninggalkan kewajiban.