Hidup
itu tidak sekedar hidup tetapi hidup yang bermanfaat untuk orang lain. “kalo
hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup, kalo hidup sekedar hidup kera di
hutan juga hidup” kata Hamka. Hidup sebenar-benarnya hidup adalah hidup yang
bermanfaat untuk orang lain serta lingkungan sekitarnya. Sudahkah kita
bermanfaat?
Katanya
kita harus menerima apapun yang diberikan kepada kita tetapi kenapa kita masih
diwajibkan untuk berusaha?. Kalo masih ngoyo kerja katanya tidak mensyukuri,
kalo tidak kerja katanya malas, kan nasib suatu kaum hanya bisa dirubah oleh
kaum itu sendiri. Ada yang kontradiktif dalam pemahaman dan pemikiran saya.
Bagaimana saya seharusnya? Sudah bersyukur saja seperti ini atau terus berusaha
terus mengada agar bisa kaya raya?.
Hakikat
hidup itu adalah mengada, tidak sekedar ada. Mengada adalah sebuah bentuk
eksistensi dari individu membersamai ruang dan waktu. Karena jika sekedar ada maka hanya akan lapuk dan tertelan oleh ruang dan waktu. Mengada adalah
adaptasi individu terhadap ruang dan waktu, agar mereka tidak menjadi aneh
karena tidak tepat ruang dan waktu. Mengada juga tidak hanya sekedar
membersamai ruang dan waktu tetapi menjadikan kita punya peran dalam ruang dan
waktu seseorang. Sebab posisi kita mempengaruhi individu-individu lainnya yang
bersinggungan dengan ruang dan waktu yang dekat dengan kita. Ketika saya naik
tidak begitu dengan anggapan si Toro justru bisa malah dianggap turun. Apapun
itu kegiatan mengada yang sudah dilakukan harus disyukuri dan dinikmati apapun
hasil dan dampaknya. Kalo boleh memilih tentu hasil yang baik, tetapi hasil itu
bukan dimensi kita sebab hasil itu merupakan kuasa Tuhan. Di sinilah proses
kita ada tanpa perlu mengada.
Saya
meminjam ungkapan pidi baiq yang menyatakan “pesimis positif” pesimis dalam
arti kita tidak mengharapkan apa-apa tetapi kita tetap positif untuk terus
selalu berusaha. Kita mengada dan setelah itu bersiap untuk sekedar ada,
menunggu hasil dari mengada yang dilakukan sebelumnya. Jadi mengada lah karena
mengada adalah hakikat hidup.
Lalu
kenapa harus mengada? Mengada untuk apa? Jawabnya yaitu, Pertama membuktikan
diri bahwa saya hidup karena hakikat hidup adalah mengada, jika tidak mengada
maka berarti saya adalah mayat hidup. Kedua, menunjukkan bahwa saya punya peran
dan pengaruh terhadap individu lain dan masyarakat atau lingkungan sekitar.
Ketiga mengada untuk kaya raya. Mengada untuk kaya raya adalah membersamai
ruang dan waktu dan hasilnya saya punya banyak uang dan banyak harta. Lalu
untuk apa kaya? bukannya tanpa kaya raya tanpa harta masih bisa tetap hidup, bisa
mengada. Ini lah point utamanya posisi mengada akan bisa lebih luas jika banyak
uang anda bisa membantu saudara anda yang kesusahan dalam ekonomi, kesusahan
dalam berobat dan kesusahan dalam hal apapun berkaitan dengan ekonomi. Bukan
untuk disombongkan tetapi itulah mengada dan bermanfaat untuk orang lain. Maka
MENGADA lah Untuk KAYA RAYA sampai kamu bisa membantu saudaramu, keluargamu
tanpa kamu takut kehilangan kekayaan dan hartamu sebab tidak semua orang bisa
mengada dengan cara dan hasil yang sama. Maka jika diberikan kesempatan untuk
MENGADA dan bisa KAYA RAYA lakukanlah segerakanlah sebab banyak yang menunggu
dirimu mengada untuk membantu dirinya. Tak perlu ia meminta datanglah engkau
yang sudah kaya raya itu untuk mengada kepada mereka. Sekali lagi ini bukanlah
kesombongan tetapi panggilan jiwa. Mengada untuk kaya raya dan membaginya untuk
sesama.